Apr 23, 2011

2nd Trial Part II

Salutare, i'm back!
This week is the most hectic week in this semester. It was not simply about doing the homework (as usual), but i had a lot of things to prepare and do this week. But that's okay, today is holiday, and also for the next two days!
Happy holiday, people!

I just wanna share my rest captured photographs using my DISDERI ROBO3 Lenses.
And here they go..enjoy!
:)

(how dusk happened in a park in Djogjakarta-and how i loved this picture! :D)

(silly thing done on the motorcycle)

(water fountain@Tugu Muda, Semarang)

(kiddo!)

(look through my tiny body -__-)

(playground @Tugu Muda, Semarang)

(and i thought that it was taken using Lomo Horizon :p)

(pale face -___-")

(Lawang Sewu)

(street art)

(free-captured!)

(-------)

(swing swing on the grass)

(kids play the water)

(unfortunately bad!)

(my classmates :D, sorry for the imperfect picture galz :( )

(dustbin (???) )

I am about to capture anything with my DISDERI ROBO 3 LENS all the time, indeed.
See you in the next part.
Love,
-Ms-



Share:

Apr 20, 2011

Senja

I always love dusk moment, when i feel the change of a day from morning to night. The moment when i can feel joy around me, seeing the best sky color, oh how i loved being a dusk-capturer!

Here is my own simple poem when I feel the dusk is you :)

Senja itu kini melemah
melebur bersama riuhnya kota metropolitan
Ia tak lagi bisa kupandang
seperti dulu, kunikmati setiap liku eloknya
senjaku hilang!

Burung camar pun telah kembali ke sarang
Ia hilang warna, keceriaan
berganti dengan semaraknya bintang malam,
yang tak cukup indah bila dibandingkan.
Senja, aku rindu..

Share:

Apr 18, 2011

After sunday morning call Part II

Seperti biasa, bunda menelpon aku di minggu pagi. Yah, rutinitas biasa. Entah itu sekedar menanyakan kabarku atau bahkan bercerita panjang lebar tentang apa saja yang terjadi di keluargaku seminggu ini.
Pagi itu aku bangun awal sekali, ingin menulis sebenarnya. Tetapi entah kenapa otak ini seperti stuck, tidak ada yang mengalir lancar dari dalam otak ke seluruh sel-sel jemari untuk menggoyangkannya diatas keyboard. Yah, seperti siang ini.
Siang ini adalah siang yang "sebenarnya" sibuk. Aku masih harus menyelesaikan beberapa deadline tugas dan kerjaan diluar kuliah. Panggilan mengajar juga ada untuk sore nanti. Tapi mungkin semuanya akan terbengkalai karena aku sedang ini menggoyangkan jari.
Aku teringat percakapan dengan bunda di minggu pagi. Bunda mengeluh tentang adikki satu-satunya yang sekarang sudah mulai "goyah". Yah tidak perlu aku jelaskan disini, tetapi Bunda mulai menceramahiku dengan wejangan-wejangan seperti biasa. Intinya, aku harus selalu mengikuti kata hati dalam melakukan apapun. Karena aku dan Bunda serta seluruh anggota keluarga yang lain memang sangat terbuka, Bunda to the point mengatakan padaku bahwa harus mengikuti kata hati dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk dengan teman dekat. Yah Bunda tahu aku sedang dekat dengan siapa, aku menyebutnya silent-man.
Bunda tidak pernah sekalipun melarang ku untuk berhubungan dengan siap saja. Yah, mungkin bunda tidak pernah melihatku bermasalah dengan hubunganku bersama orang2 terdekatku.
Tetapi kata-kata bunda membuatku "sedikit" berfikir. Benarkah yang kujalani ini adalah kata hatiku? Menilik ke belakang, aku mulai menjalani hubungan ini "memang" dengan sedikit keragu-raguan. Mangapa? Mungkin terlalu banyak yang aku "telah" ketahui. Atau bahkan masih banyak lagi "konspirasi2" yang tersimpan diluar sana.
As time goes by, aku mulai meyakini. Yah walaupun tidak sepenuhnya. Yang kulakukan juga tetap sama, mencoba bertahan, percaya. Aku sering melakukan kegiatan2 diluar mainstream, sejujurnya hanya untuk meyakini, mencari bukti, bukan janji.
Ahh...telepon genggamku berdering lagi! Sudah dulu ya, nanti pasti aku lanjutkan lagi. Aku masih akan terus belajar memahami esensi hubungan ini.

-Ms-
Share:

Apr 15, 2011

2nd Trial

Buongiorno, all :)
Since i'm out of words today, i just wanna share my 2nd captured photographs from my ROBO3 lens DISDERI.

IT WORKS : Kodak film ASA 200 + capturing instinct + opportunities + sense of sensitive.
Location : Djogjakarta.

Last, enjoys!
:)
(along Malioboro street, after hunting some stuffs)

(with my CANNOT-STOP-TALKING lovely cousin :D)

(across the park)

(waiting for the traffic jam)

(rush in hour!)


(silly thing done on the street)


(Bank Indonesia)

(suddenly wanna captured the DELMAN, but it rides faster than me :p)

(welcome wayang, Jogjakarta)

(it was taken by my friend) 

(actually this is a kind of hand-made statue by a creative worker in Jogjakarta)

(AXIS JAVA JAZZ FESTIVAL)
(COTTON CANDY! humm :p)

(acroos the TransJogjakarta Shelter)

 (learning about "framing")


(i caught everything..yeahs.)

(undefined color flag)

Hey, my phone are ringing during creating this post! Yep i have to go to my campus now..but you must know that this post is not finished yet. I promise that i'll post the rest later. Have a nice day, blogwalker!

Mwah, Moodswinger.
Share:

Apr 14, 2011

nothing but smile :)


Seemed impossible, seemed absurd. I didn’t even know you before. Kept my distance, closing in
I don’t mind caressing your skin

What did you say, what did you do?

Somehow, I feel I’m enchanted by you

Flying high on a mountain high

Suddenly you look as bright as the sky
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
Have I forgotten, or have I never
Felt like this, as light as a feather
Not interested in love,
but I’m attracted to you
I hope that you feel the same way too
A little too fast but way too long
Though I’m not sure where I belong
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
Love’s too strong and a bit cliché
For now this is enough, I’ve got a long way
Something old, something new
Something I didn’t thought could be true
I’m afraid to ask but I need to know
Would you want me to stay?
Or would you want me to go?

“These are my feelings…

I hope you’ll understand…
It might not be much,

but it’s more than I can spend….”


-Better than Love, Sherina-


Share:

Once is enough.

Sekali.
Aku hanya ingin menjadi duri,menusuk hebat yang punya hati ketika nalurinya tergerak menelusuri setiap alur jiwaku
lalu,ya pergi.
Meninggalkan jejak untuk dicaci,memamahbiakkan dendam tak terbalaskan.
Tertawa saja aku.
Karma ada dalam logika.
Tapi aku,hey,ini diluar kesadaran.
Seperti agama.
Aku pun tak tahu mengapa aku meyakininya.
Sekali.
Raga ini masih ingin menyakiti.
Logika tersumbat,imajinasi liar beringas.
Menerjang,melawan segala dogma dan dorma.
Ya,aku hanya ingin kalian merasa!
Mencanduiku,lalu kumuntahkan tanpa ragu.
Makilah..sudah legal bagi daun telinga.
Tak akan ada karma,cinta,logika.
Ini aku,di alam bawah sadarku.



Catatan hampa-Rawamangun,22th Feb 2011,

Share:

Apr 13, 2011

S O R R Y.

Maaf untuk menolak ajakan makan bareng malam ini. Entah kenapa, sejak awal minggu ini perasaanku seperti sedang berada dalam masa inkubasi. Ia tak ingin diganggu oleh hal-hal yang menjadi rutinitas. Entahlah, mungkin jiwa ini bosan, ingin berontak dari paksaan kerja diatas normal. Tanggung jawab berbenturan dengan keinginan, ya, itulah aku sekarang.
Maaf untuk menjadi TIDAK seperti biasa, tetapi ini mungkin yang paling AMAN untuk aku lakukan saat ini. aku tak ingin menjadi bumerang bagimu yang tak tahu apa2 tentang perasaanku. Lebih baik tak bertemu, aku fikir, daripada pertemuan itu hanya akan menggoreskan stitik kenangan pahit dalam lembar kisah kita.
ILU, silent man-ku.
Ada saatnya kita bertemu.


Share:

......



And I know karma’s gonna be back for being so cold
Like a big bad wolf, I’m born to be bad and bad to the bone..

-Taio Cruz-



Share:

Apr 11, 2011

SUCKS!

I always try to make people comfort being my friend, even more. I already knew that we shouldn't expect something more, if we don't wanna get hurt. It's actually DAMN true, since i got that fuckin' silly things randomly in life. Sometimes it drives me crazy, sometimes it's not.
Just like this gloomy evening. This one you all should remember : i do not ever believe in friendship, love, or another SILLY things behind. i just live to be kind to ALL people, never wanna make a GAP to another. thankyou.

P.S. Missing mom, sist, and home. :(



Share:

Apr 10, 2011

Hatiku selembar daun.

hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini

ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput

sesaat adalah abadi, sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.



SDD-Hatiku Selembar Daun
Share:

Apr 9, 2011

Kenaikan Biaya SPP yang Tak Transparan (EDISI HALUAN LPM DIDAKTIKA)


Informasi kenaikan biaya SPP terkesan disepelekan oleh pihak jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Jakarta.

Masalah transparansi dana adalah masalah umum di Universitas Negeri Jakarta, apalagi ketika waktu pembayaran semesteran tiba. Setiap semester pasti ada civitas akademika yang mengeluhkan tentang kenaikan biaya yang tidak transparan atau yang tidak diberitahukan sebelumnya. Begitu juga yang terjadi dengan mahasiswa alih program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2009 Universitas Negeri Jakarta yang memiliki masalah transparansi kenaikan dana di awal semester 092 ini.
Alih program adalah program pindahan bagi mahasiswa tamatan D2 PGSD. Mahasiswa alih program PGSD adalah mahasiswa yang melanjutkan studinya dari tingkat DII menjadi S1. Syarat-syarat alih program PGSD sendiri adalah lulusan DII PGSD, sudah mengajar, dan melampirkan berkas-berkas yang tercantum di formulir seperti surat keterangan narkoba, surat keterangan sehat, ijazah, dan transkrip nilai. Diadakan tes jika yang ingin melanjutkan studi ke S1 PGSD UNJ bukan mahasiswa UNJ. Tetapi jika yang ingin melanjutkan ke S1 PGSD UNJ adalah mahasiswa DII PGSD UNJ itu sendiri, mereka bisa secara secara otomatis melanjutkan ke S1.
Mahasiswa alih program Jurusan PGSD UNJ Angkatan 2009 dikagetkan dengan jumlah SPP yang tidak sesuai dengan perjanjian awal. Mahasiswa telah menerima surat edaran dari Biro Administrasi dan Akademik (BAAK) yang berisi informasi tentang biaya alih program yang berjumlah Rp.4.300.000,- untuk semester pertama (091) pada tanggal 5 Juni 2008. Untuk selanjutnya, SPP semester 092 berjumlah Rp.1.800.000,-. Surat edaran yang keluar dari BAAK itu ditandatangani oleh ketua BAAK, Dra. Desfrina.
 Kenaikan biaya per semester tanpa sepengetahuan mahasiswa ini menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka, bahkan sebagian besar mahasiswa sempat mogok bayaran. Mahasiswa tidak ingin begitu saja membayar SPP dengan kenaikan yang cukup signifikan tersebut, mengingat kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi di jurusan mereka. “Angkatan 2008 selama ini belum ada kejadian seperti angkatan 2009. Sampai saat ini biaya kuliah masih sama,1,8 jt,” Fajri, mahasiswa alih program PGSD angkatan 2008 menanggapi kejadian ini. Mahasiswa angkatan 2009  meminta kejelasan kasus tersebut kepada Ketua Jurusan dan Biro Administrasi dan Akademik (BAAK).
Ketua Jurusan tidak tau apa-apa mengenai kenaikan biaya ini, setidaknya itulah yang dikeluhkan oleh NN, mahasiswa alih program PGSD. Ketua Jurusan malah menyuruh mahasiswa untuk menanyakan hal ini kepada BAAK. Ketidaktahuan Ketua Jurusan mengenai hal ini sangat disayangkan , mengingat Ketua Jurusan seharusnya adalah orang yang paling tau informasi apa yang ada di jurusannya, tidak terkesan melempar-lemparkan mahasiswa seperti bola begini.
Dengan memikul kekecewaan di bahu mereka, mahasiswa menanyakan kepada Ketua BAAK, Dra. Desfrina. Beliau menjelaskan bahwa dana ini adalah dana dan lain-lain yang selalu ada tiap semesternya. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan dana dan lain-lain disini, mengingat setiap semester mahasiswa juga diwajibkan membayar dana dan lain-lain tanpa perincian.  Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa SK tentang kenaikan biaya ini memang belum turun dari Fakultas. Hingga mahasiswa mulai bayaran awal Januari 2010, SK ini belum juga sampai di tangan BAAK dan Jurusan, sementara kenaikan biaya SPP sudah terjadi. Fakultas juga tidak bisa diwawancarai, karena Dekan FIP beserta jajaran staf nya sedang berada diluar kota. Ketimpangan informasi seperti ini semakin membuat mahasiswa bingung.
Merasa kurang puas dengan penjelasan ketua BAAK, mahasiswa juga meminta penjelasan dari Sekretaris Jurusan, Dra. Gusti Yarmi, M.Pd. Beliau mengatakan bahwa kenaikan biaya Rp.300.000,- tersebut adalah dana dan lain-lain yang selalu ada pada tiap semesternya. Pada semester lalu, dana ini berjumlah Rp.500.000,-. Namun, untuk semester ini, dana dan lain-lain ini hanya berjumlah Rp.300.000,-. Tidak jelas mengapa hanya Rp.300.000,- saja yang ditambahkan ke SPP, SekJur juga tidak bisa menjawab.
“Dana dan lain-lain ini untuk pengembangan laboratorium, bukan untuk kantong kita pribadi,” papar beliau. Beliau juga meminta maaf atas keterlambatan memberitahukan kenaikan biaya SPP ini kepada mahasiswa. Mengenai keabsahan dana ini, lebih lanjut beliau juga mengatakan bahwa SK untuk kenaikan biaya ini sedang ditelusuri oleh pihak jurusan. Sebelumya juga telah ada rapat mengenai kenaikan biaya ini antara Jurusan, Fakultas, dan BAAK. Namun mengenai keputusan hasil rapat tidak mengetahui. “Saya tidak ikut rapat, yang ikut rapat itu KaJur, jadi saya kurang tahu hasilnya,” jelas beliau. Aneh memang, apalagi Ketua Jurusan tidak bisa dimintai keterangan mengenai masalah ini. Sementara di satu sisi terbias adanya kurang sosialisasi antara Kajur dan Sekjur.
Mahasiswa yang pada awalnya mogok bayaran mulai bisa menerima penjelasan dari ketua jurusan dan BAAK. “Melihat adanya kecocokan penjelasan dari BAAK dan Ketua Jurusan, kita bisa menerima walaupun mendadak seperti ini,” papar NN lagi. Namun, mereka tetap kurang bisa menerima kenaikan biaya yang mendadak ini. Apalagi jika dibenturkan dengan limit waktu pembayaran yang memaksa mereka untuk tetap membayar jika ingin melanjutkan studi mereka.
Mahasiswa juga kelabakan mencari tambahan biaya Rp.300.000,- dalam tenggang waktu yang tidak lama itu. Mahasiswa sempat protes dan meminta kepada Sekretaris Jurusan untuk menurunkan biaya SPP kembali ke titik awal perjanjian, yaitu Rp.1.800.000,-. “Alhamdulillah SekJur mau mengusahakannya, tapi tidak menjanjikannya,” tambah mahasiswa alih program tersebut. Mereka tetap membayar Rp.2.100.000,- untuk semester ini, dengan catatan jika semester berikutnya biaya SPP tetap Rp.2.100.000,-, mahasiswa meminta Jurusan menunjukkan SK mengenai kenaikan biaya ini.
            Pihak Jurusan maupun BAAK terlihat meremehkan keabsahan kenaikan biaya SPP sebesar Rp.300.000,- ini. Hal ini dapat dilihat mulai dari tidak jelasnya keberadaan SK tentang kenaikan biaya ini sampai pada saat pembayaran SPP awal Januari 2010, hingga Ketua Jurusan yang tidak bisa dimintai keterangan mengenai masalah ini. Ketika dikonfirmasi kepada Pembantu Rektor II Syarifudin, dia mengatakan bahwa tidak tahu-menahu tentang kenaikan biaya SPP itu. “Jadi kalau seandainya PGSD tidak punya SK Rektor, dia (PGSD) melanggar hokum,” dia menambahkan.
Kenaikan biaya ini  seharusnya diinformasikan lebih awal kepada mahasiswa. Jurusan juga harus menilik alur SK tentang kenaikan biaya ini dari Fakultas. Ini dilakukan untuk mencegah timbulnya reputasi buruk terhadap jurusan sendiri. Waktu 6 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk mempublikasikan kenaikan biaya SPP kepada mahasiswa. Jika mahasiswa sudah diberitahu sejak awal, dipastikan tidak akan ada kejadian mogok bayaran.
Pihak jurusan, fakultas, dan BAAK sudah seharusnya lebih transparan lagi kepada mahasiswanya, terutama masalah biaya yang urgent. Semua ini kembali lagi komitmen para petinggi jurusan. Mahasiswa mengharapkan tidak akan ada kejadian seperti ini lagi, baik di jurusan PGSD sendiri  maupun jurusan-jurusan lain di Universitas Negeri Jakarta.





Share:

BEDAH BUKU (DIDAKTIKA)

Judul           : Menjadi Manusia Pembelajar
Penulis        : Andrias Harefa
Penerbit      : Kompas, 2000
Tebal           : 244 halaman

Akar utama permasalahan sistem pendidikan di Indonesia adalah ketidakjelasan visi-misi pendidikan nasional dan pengacauan serta pemisahan makna pendidikan (educating) menjadi sekedar pengajaran (teaching) dan pelatihan (training).
Dunia pendidikan telah mengikuti antagonisme “gaya bank” dan monolog, bukan dialog. Lembaga-lembaga pendidikan tidak sukses menelurkan lulusan yang punya ilmu pengetahuan (knowledge), tetapi tidak mempunyai keahlian (skill) dan ilmu kehidupan (wisdom).
Berangkat dari hal inilah penulis mulai berfilsafat  “apa dan siapa saya?”. Ia hanya ingin menjadi dirinya yang seutuhnya, dan mengeluarkan segenap potensi dirinya.
Tugas utama manusia dalam proses menjadi dirinya yang sebenarnya adalah menerima tanggung jawab untuk menjadi pembelajar bukan hanya di gedung sekolah dan perguruan tinggi. Itulah keunikan manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, khususnya binatang.
Manusia dapat belajar tentang, belajar, dan belajar menjadi (jika objeknya manusia-red) dirinya sendiri. Ignas Kleden menjelaskan bahwa belajar tentang berarti mengetahui sesuatu, sedangkan belajar berarti mempraktikkan sesuatu.
Permasalahannya adalah bahwa sebagian manusia tidak mendisiplinkan dirinya untuk teta belajar tanpa henti, atau sebagian besar berhenti setelah “merasa” dewasa (dapat gelar, berusia diatas 17 tahun, nikah, dapat pekerjaan).
Manusia-manusia yang telah merasa dewasa tetapi sebenarnya “kerdil” ini pun cacat dalam 4 aspek komunikasi, yaitu listening, speaking, reading, dan writing.
Listening (menyimak) misalnya, tidak sama dengan mendengarkan (hearing). Hearing berhubungan dengan telinga (fisik), sedangkan listening berhubungan dengan aspek non-fisik (sosial, mental dan spiritual).
Jakob Sumardjo mengatakan bahwa manusia “hidup untuk belajar”, bukan “belajar untuk hidup”. Bila manusia belajar untuk hidup, maka yang ia targetin hanyalah jabatan. Ia akan merasa puas ketika sudah habis program studinya. Sedangkan bila manusia hidup untuk belajar, ia tidak mementingkan gelar atau symbol-simbol seperti ijazah. Yang terpenting adalah mengeluarkan semua potensi dirinya dan membuat dirinya nyata bagi sesamanya.
Internet, di era globalisasi ini menjadi salah satu kebutuhan manusia. Internet mampu mengubah sikap hidup manusia, tetapi tidak bisa menggiring manusia untuk berfikir keluar. Internet juga tidak bisa menggeser paradigma seseorang, sehingga tidak bias memaksa manusia untuk mengubah paradigma nya hingga mau menjadi manusia pembelajar
Tiga peran panggilan/tanggung jawab kemanusiaan adalah menjadi pembelajar (tingkat dasar), kemudian menjadi pemimpin (tingkat menengah), dan akhirnya menjadi seorang guru (tingkat tinggi).
Ketika seseorang sudah sukses menjadi pembelajar, maka ia bias menjadi pemimpin pemimpin adalah seseorang yang siap mendemonstrasikan dirinya bagi masyarakat seutunya, dan bisa mengeluarkan potensi-potensi manusia yang dipimpinnya.
Tugas dan panggiln tertinngi seorang manusia adalah menjadi guru. Ia bertanggungjawab untuk menciptakan suatu masyarakat pembelajar yang melahirkan pemimpin-pemimpin baru bagi sebuah bangsa, bagi bangsa-bangsam dan seluruh umat manusia di masa depan. Manusia “guru” dapat dibedakan dalam tiga kategori.
Yang pertama adalah “Guru Bangsa”, yakni mereka yang mempengaruhi sebuah bangsa dalam konteks yang biasa disebut negara kebangsaan. Yang kedua adalah “Guru Bangsa Bangsa”, yakni mereka yang pengaruhnya menembus tembok-tembok psiko-sosial dalam arti batas-batas negara kebangsaan. Dan yang terakhir adalah “Guru Umat Manusia”, yakni mereka yang keluasan dan kedalaman pengaruhnya telah menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan umat manusia.
Istilah “Guru Bangsa” pernah ditujukan kepada segelintir anak bangsa Indonesia, antara lain: Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, dan para pahlawan atau perintis pejuang kemerdekaan Indonesia.
Nelson Mandela, Dalai Lama, Kofie Anann, adalah beberapa orang yang bisa disebut Guru Bangsa-Bangsa. Bila seorang Guru Bangsa memberikan pengaruh pada tingkat sebuah bangsa, maka Guru Bangsa-Bangsa memberikan inspirasi yang menembus batas-batas negara kebangsaan.
Sedangkan Nabi Muhammad, Yesus Kristus, Sidharta Gautama, dan Konfusius, adalah contoh dari Guru Umat Manusia. Mereka ini adalah orang-orang yang diyakini sebagai pembentuk sejarah peradaban dunia sejak ribuan tahun lalu.

Much love, 

Share:

RESENSI BUKU (DIDAKTIKA)

Judul           : Misteri Soliter
Penulis        : Jostein Gaarder
Penerbit      : Jalasutra, Oktober 2009
Tebal          : 450 halaman

Jadilah Dirimu Sendiri

Tiap manusia memiliki peran masing-masing dalam hidup. Lewat novel yang penuh nilai filsafati, poin tersebut tersampaikan dengan menarik.

                Filsafat bukanlah sesuatu yang “berat”, bukanlah suatu hal yang membuat kening berkerut ketika coba diselami. Setidaknya itulah yang ingin diungkapkan penulis melalui novel ini. Ketika seseorang mulai bertanya kepada dirinya sendiri, tentang pertanyaan yang sebenarnya sederhana seperti, “Siapakah aku? Dari manakah aku berasal? Ke manakah aku harus berlayar?” sesungguhnya ia telah mulai berfilsafat.
                Novel ini menyajikan kisah keluarga yang di-mix dengan filsafat yang ringan. Cerita berawal dari perjalanan yang dilakukan Hans Thomas bersama ayahnya ke Yunani untuk mencari sang ibu yang pergi. Ayahnya mengatakan bahwa ibunya pergi untuk mencari eksistensi diri. Hans mendapatkan buku mungil di dalam kue kismis dari tukang roti, dan kaca pembesar dari kurcaci di tengah perjalanan mereka menuju Yunani. Dalam buku itu terdapat kisah tentang misteri permainan soliter. Satu set kartu remi yang hidup laiknya manusia, lengkap dengan perannya masing-masing. Wajik, Hati, Skop, Keriting dan Joker.
Kisah  yang ditampilkan tak lain merupakan cermin kehidupan Hans Thomas. Detil cerita yang ada mempunyai pola atau alur kehidupan yang sama dengan bocah cerdas ini. Karena itu, semakin jauh ia membaca buku itu, maka semakin jauh ia memahami kehidupannya.
Misteri permainan soliter dalam buku milik Hans menyiratkan makna kehidupan bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur, mulai dari kelahiran hingga perjalanan hidup seseorang. Yang membedakan, bagaimana kita mengambil peran dalam kehidupan. Kita bisa berperan sebagai Joker yang selalu bertanya dan cerdas walaupun sering dianggap aneh, atau menjadi siapa saja yang membuat kita nyaman menjadi diri kita sendiri.
            Kisah bunda yang pergi demi mencari eksistensi diri sempat membuat Hans mengerutkan kening. Dirinya dibuat bertanya-tanya sepanjang hidup, mengapa bunda pergi mencari jati dirinya di tempat lain. Mengapa bunda tidak mencari jati dirinya di rumah bersama ia dan ayah?
Pertanyaan Hans mengenai eksistensi diri jarang sekali ditemui pada individu-individu lain. Hingga ia merasa harus keluar dari takdir untuk menemukan eksistensi dirinya.  Mengapa manusia mencari eksistensi dirinya hingga harus keluar dari takdirnya? Apakah jika kita ingin mengetahui eksistensi diri harus keluar dari takdir?
            Pertanyaan tersebut terjawab pada ending novel ini. Sang bunda akhirnya menjadi model terkenal di Yunani. Sebuah contoh pencarian eksistensi dengan keluar dari takdir. Meskipun pada akhirnya sang bunda mau kembali ke rumah setelah bertahun-tahun “lari” dari kodratnya sebagai ibu dan istri demi sebuah kata, eksistensi.
Semua manusia harus menjalani takdirnya. Tanamlah rasa ingin tahu yang tinggi, ambillah peran di dalam kehidupan. Rupanya inilah pesan bijak yang ingin disampaikan novel ini.
Teka-teki permainan soliter yang ada dalam novel ini diramu sangat apik. Filsafat dan sastra yang hadir diramu dalam alur cerita yang memikat. Penulis dengan sukses menyatukan filsafat yang ringan, mitologi, fantasi, dan cerita keluarga dalam dengan menarik. Novel yang cocok dibaca untuk semua kalangan karena memberikan gambaran pencarian eksistensi diri tiap manusia.
Much love,

Share: