Judul : Misteri Soliter
Penulis : Jostein Gaarder
Penerbit : Jalasutra, Oktober 2009
Tebal : 450 halaman
Jadilah Dirimu Sendiri
Tiap manusia memiliki peran masing-masing dalam hidup. Lewat novel yang penuh nilai filsafati, poin tersebut tersampaikan dengan menarik.
Filsafat bukanlah sesuatu yang “berat”, bukanlah suatu hal yang membuat kening berkerut ketika coba diselami. Setidaknya itulah yang ingin diungkapkan penulis melalui novel ini. Ketika seseorang mulai bertanya kepada dirinya sendiri, tentang pertanyaan yang sebenarnya sederhana seperti, “Siapakah aku? Dari manakah aku berasal? Ke manakah aku harus berlayar?” sesungguhnya ia telah mulai berfilsafat.
Novel ini menyajikan kisah keluarga yang di-mix dengan filsafat yang ringan. Cerita berawal dari perjalanan yang dilakukan Hans Thomas bersama ayahnya ke Yunani untuk mencari sang ibu yang pergi. Ayahnya mengatakan bahwa ibunya pergi untuk mencari eksistensi diri. Hans mendapatkan buku mungil di dalam kue kismis dari tukang roti, dan kaca pembesar dari kurcaci di tengah perjalanan mereka menuju Yunani. Dalam buku itu terdapat kisah tentang misteri permainan soliter. Satu set kartu remi yang hidup laiknya manusia, lengkap dengan perannya masing-masing. Wajik, Hati, Skop, Keriting dan Joker.
Kisah yang ditampilkan tak lain merupakan cermin kehidupan Hans Thomas. Detil cerita yang ada mempunyai pola atau alur kehidupan yang sama dengan bocah cerdas ini. Karena itu, semakin jauh ia membaca buku itu, maka semakin jauh ia memahami kehidupannya.
Misteri permainan soliter dalam buku milik Hans menyiratkan makna kehidupan bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur, mulai dari kelahiran hingga perjalanan hidup seseorang. Yang membedakan, bagaimana kita mengambil peran dalam kehidupan. Kita bisa berperan sebagai Joker yang selalu bertanya dan cerdas walaupun sering dianggap aneh, atau menjadi siapa saja yang membuat kita nyaman menjadi diri kita sendiri.
Kisah bunda yang pergi demi mencari eksistensi diri sempat membuat Hans mengerutkan kening. Dirinya dibuat bertanya-tanya sepanjang hidup, mengapa bunda pergi mencari jati dirinya di tempat lain. Mengapa bunda tidak mencari jati dirinya di rumah bersama ia dan ayah?
Pertanyaan Hans mengenai eksistensi diri jarang sekali ditemui pada individu-individu lain. Hingga ia merasa harus keluar dari takdir untuk menemukan eksistensi dirinya. Mengapa manusia mencari eksistensi dirinya hingga harus keluar dari takdirnya? Apakah jika kita ingin mengetahui eksistensi diri harus keluar dari takdir?
Pertanyaan tersebut terjawab pada ending novel ini. Sang bunda akhirnya menjadi model terkenal di Yunani. Sebuah contoh pencarian eksistensi dengan keluar dari takdir. Meskipun pada akhirnya sang bunda mau kembali ke rumah setelah bertahun-tahun “lari” dari kodratnya sebagai ibu dan istri demi sebuah kata, eksistensi.
Semua manusia harus menjalani takdirnya. Tanamlah rasa ingin tahu yang tinggi, ambillah peran di dalam kehidupan. Rupanya inilah pesan bijak yang ingin disampaikan novel ini.
Teka-teki permainan soliter yang ada dalam novel ini diramu sangat apik. Filsafat dan sastra yang hadir diramu dalam alur cerita yang memikat. Penulis dengan sukses menyatukan filsafat yang ringan, mitologi, fantasi, dan cerita keluarga dalam dengan menarik. Novel yang cocok dibaca untuk semua kalangan karena memberikan gambaran pencarian eksistensi diri tiap manusia.
Much love,

0 comments:
Post a Comment