01.45 p.m
Aku benar-benar bangun ketika waktu menunjukkan pukul seperti yang ku tulis diatas. Disgusting bagi seorang gadis perawan, mungkin. tetapi insomnia akut yang sejak awal Ramadhan menggelayut di pelupuk mata membalaskan dendamnya pada malam tadi.
Bukan segar yang didapat, aku malah terbangun seperti seorang renta. Batuk tanpa dahak yang sangat menyiksa tenggorokan, muka lecek, rambuk acak-acakan. Belum lagi pakaian lengkap yang masih kukenakan sejak bepergian sampai larut malam tadi.
Sebenarnya hari ini ingin kuawali dengan "menyibukkan" diri dengan kasur. Leha-leha, istilahnya. Apalagi batuk yang sangat menyiksa ini membuatku berfikir ulang untuk keluar, berinteraksi dengan orang. Yang ada mungkin aku hanya akan menambah dosa, menyebar penyakit (lebay).
Tetapi memang pada dasarnya kaki ini pecicilan, sehabis shalat zuhur aku pun mulai berfikir untuk menuntaskan nafsu-ku belanja buku di Gramedia. Apalagi aku sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja (hati, kali ini). Aku berfikir lebih baik tidak berada di kamar daripada aku mati dalam beku dan diam.
Mulailah aku mempersiapkan amunisi. Merupakan suatu keberuntungan tidur dengan pakaian lengkap. Aku hanya perlu mencuci muka dan sikat gigi (sudah biasa tanpa mandi-red). Setelah persiapan selesai, maka kakiku pun mulai melangkah ke shelter Transjakarta terdekat.
Sesampainya di dalam bus, aku mulai melakukan kebiasaan setiap naik kendaraan umum : menyumpal telinga dengan senapan lagu-lagu dalam Kube kuning kesayanganku. Parah (goblok, mungkin) nya, Kube kuning yang baru saja dicharger kemarin melalui PC-ku ternyata MATI TOTAL. Kesalahan : AKU MENCHARGER-NYA DALAM KONDISI HIDUP = USELESS = BEGO. Yah, mungkin karena puasa..wajar bila seseorang tidak fokus pada saat Ramadhan.. (semoga aku tidak dikutuk Tuhan karena mengkambinghitamkan bulan puasa T.T). Untung masih ada handphone ku yang baterai-nya pun sudah dalam tahap "warning".
Akhir cerita di bus, sampailah aku di Gramedia Matraman. tujuannya sih ingin membeli buku Dan Hujan Pun Berhenti-nya Farida Susanti. Buku pertamanya berjudul Karena Kita Tidak Kenal sukses membuatku kecanduan seperti pemakai obat-obatan terlarang. Farida Susanty adalah penulis muda (lahir tahun 1988) tetapi telah mendapatkan Literary Award tahun 2007 sebagai Penulis Muda Berbakat. Menurut pendapatku sendiri, tulisannya tidak seperti tulisan dalam novel teenlit zaman sekarang yang selalu mengobral cinta hingga kata itu terdengar murah (an). Ia mencoba keluar dari mainstream, menggali lebih dalam apa yang ada di lubuk hati manusia, yang tak terjamah, tetapi juga sebenarnya tidak tabu untuk diobral. Tentang pencarian arti Tuhan, misalnya (one of my fave "object-of-research" :p). Kalau sempat, mungkin kalian yang membaca ceritaku kali ini bisa mencari karyanya di toko-toko buku terdekat :)
Selagi mencari-cari letak bukunya, aku melihat-lihat koleksi buku terbaru. Belum ada yang menarik, meski lain kali aku akan coba membeli karya Tere-Liye terbaru, yang sudah menjamur tetapi belum sempat aku baca. Seingatku, karya terakhir penulis yang dari nama penanya tersebut aku duga seorang wanita (padahal pria,ups! maaf kang :D ) yang aku baca adalah Semoga Bunda Disayang Allah. Buku yang sukses (selalu) mengucurkan dua aliran air asin secara deras dari mataku.
Sebelum buku Dan Hujan Pun Berhenti aku dapatkan, aku tertarik melihat buku yang berjudul Cemburu Itu Peluru. Entah karena aku sedang merasa seperti judul buku itu, atau...entahlah (galau not detected). Ternyata buku itu adalah kumpulan short stories dari kata2 yang ada dalam @fiksimini, sebuah akun penulisan puisi/cerita pendek (140 karakter) di Twitter. It is also one of my fave following account :)
Here is the book..
TERTARIK! Apalagi bonusnya adalah free CD berisi 9 film pendek. What a nice offer! Buku langsung masuk dalam genggaman. Aku sempat membaca buku Pocongg juga Pocongg-nya @pocongg, sebuah akun "gokil" di Twitter juga. Selain itu, buku yang paling lama aku baca adalah buku karya Indra Herlambang (curahan hati seorang galau-kalau tidak salah), bercover kuning nyentrik dengan cover full-body-nya Indra sendiri. Nice, menceritakan buah fikirannya tentang kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan kita. Membuatku ingin terus menulis dan kritis seperti dia.
Tiba-tiba..udara dingin yang menusuk dari pendingin ruangan membuatku...... INGIN MAKAN RAMEN SUPER PEDAS! Astaghfirullah..aku tau ini sangat melenceng dari topik. Tetapi aku langsung mengajak seorang teman untuk berbuka puasa bersama di resto ramen terdekat. Voila! teman menyanggupi dan akhirnya...AKU LUPA BELI BUKUNYA Farida Susanty! Yaoloh mi ramen..mengapa engkau tega..sampe lupa gini. Entah kebodohan keberapa hari ini -_____-"
Aku sempat membeli minuman botolan di depan Gramedia, antisipasi kalau ternyata aku masih di jalan ketika adzan Magrib berkumandang. Selagi membeli, aku juga bertanya kepada bapak2 penjual tetang akses kendaraan yang bisa aku tempuh ke resto ramen terdekat TANPA harus dengan Transjakarta. Menunggunya itu loh..bisa lepas engsel kakiku. Beruntung, alhamdulillah, resto ramennya masih bisa ditempuh dengan angkot. Sempat terlintas fikiran bahwa si bapak dulu narik kali ya? Becanda. peace, rocks pak \m/
Di angkot, suasana menjelang senja seperi ini selalu menjadi favoritku. Memandangi riuhnya orang2 kembali ke rumah sehabis bekerja ditambah ramainya orang yang mengantri membeli panganan untuk berbuka puasa menjadikan harmoni sendiri dalam mata. Apalagi suasana di dalam tidak ramai, hanya aku dan 2 orang lain. Tetapi ketentraman sedikit terganggu sodara-sodara. Ketika menunggu penumpang lain, supir angkotku dibentak dan dimarahi oleh supir angkot bernomor sama yang sedang ngetem di sebelahnya. Bukan salah sopir angkotku, ia tidak ingin ngetem sebenarnya. Hanya saja ada metromini yang sedang berhenti di depannya, sehingga ia stuck. Perlahan sopir angkotku menanggapinya dengan bercanda dan tertawa. Aku kagum, masih ada sopir angkot yang dengan nrimo dibentak-bentak, apalagi masalah sepele. Sepanjang perjalanan hidupku hingga detik itu, sopir angkot selalu identik dengan kata "galak" dan "seram". Toh yang naik selama angkotnya stuck hanya 2 orang. apalah arti 2000x2 = 4000. Mungkin sangat berarti bagi sopir angkot seperti mereka. Apalagi bulan puasa selalu beriringan dengan kenaikan harga apa saja. Entah apa maksud dan tujuannya.
Tetapi aku masih kagum dengan ketenangan sopir angkot yang sedang ku naiki. Legowo, orang jawa menyebutnya. ia sudah bisa mengendalikan diri, amarahnya, apalagi ini bulan puasa. Sangat beda sepertiku. sedang ada masalah sedikit seperti sekarang ini saja sudah kabur, bukannya dihadapi. *shy*
Setelah kejadian tersebut, si sopir angkot masih saja terus tersenyum sepanjang jalan, pembawaan mungkin. Ia bahkan lebih memilih untuk memutar musik melalui pemutar kaset tua dalam angkotnya. Sembari mencari-cari botol minuman (untuk berbuka-red), ia pun sibuk memilih kaset. Mengalirlah lagu yang aku sendiri tidak tau milik siapa -____-"
 |
| taken candidly |
Ini cerita lain lagi. jadi, sejak awal aku masuk dalam angkot, ada bapak2 yang sudah tua (menurutku), senyum padaku. Aku membalasnya dengan senyuman, sembari memperhatikan seragamnya.
 |
| see the uniform used by the man? ;) |
Mungkin dinas kebersihan jalanan atau taman, fikirku (iya gak sih? aaaa -__-" takut salah). Yang pasti pekerjaannya capek, menurutku. Memang ada pekerjaan yang tidak capek? NONE, actually. Tetapi maksudku pekerjaannya pasti terasa lebih berat di bulan puasa begini. Berbeda dengan pekerja kantoran yang berada dalam ruangan ber-AC.
Entah ia sedang berada dalam perjalanan pergi atau pulang dari pekerjaannya, aku tak ingin jauh bertanya. Aku takut tersasar, karena belum pernah naik angkot ke resto ramen tempatku biasa. Aku hanya memperhatikan, karena keliahatannya muka bapak ini begitu teduh. Pembawaannya pun tidak jauh berbeda dari sopir angkot yang selalu diajak bercakap-cakap ringan olehnya.
Mengingat usianya yang menurutku cukup tua untuk jadi seorang pekerja lapangan,aku iba. Berfikir "betapa berat pekerjaannya. Beda dengan ayahku. Tapi yang aku lakukan hanya foya2 selama bulan puasa ini. Sedangkan bapak di depanku ini mungkin hidupnya tidak segampang aku yang masih dipenuhi segala kebutuhannya oleh ayah..". Aku mulai galau, tetapi bukan hati kali ini. Sikap. kebiasaan hedon. Ya Allah ini susah sekali dihilangkan..ampuni saya T.T lain kali janji akan tidak terpengaruh setan-setan genit. *eh?
Aku juga belajar bagaimana cara menghadapi masalah. Setidaknya, aku tidak main kabur seperti ini (seperti biasa-red), tidak membuat khawatir orang lain. Masih banyak yang harus aku kejar, aku perjuangkan, aku fikirkan. bukan hanya masalah menye-menye atau unyu-unyu. Masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku, punya masalah lebih berat dari aku. Tetapi mereka masih hidup, bahkan lebih kuat dari aku. Ya, aku belajar banyak dari perjalanan (setengah) sendiri hari ini. That's why i always love being a single-traveler :)
Dear pelajaran hari ini, aku menyebutmu, terima kasih :)
Love,