Aug 23, 2011

Happy Ten

Good mornin', blogwalking!
It’s been a long time since i didn’t do write about anything which can be shared. My personal netbook had been cured from another mess i’ve made. Customarily, i honestly said that i am a gadget-destroyer. Just wait for the next mess, dear! :p

On Saturday 20th, i had a flight back to my hometown, Medan. Silent man with me in the airport. After checked-in, we had a short chit-chat while watching the sunset. 
Waiting for the break-fasting, i gave him a box of sliced chocolate cake and a bottle of mineral water. 15 minutes left for our time, we actually didn’t talk about something sweet, something romantic or even something sad. 
Time‘d up! Had to go upstairs because it began boarding time. Shaked hand, messed my head up is what he did before i go. Nothing special, as i expected before. Dissappointed? Umm, a litttle bit. But i tend to let it burn by the distance we had to deal with after this.
When i was at the waiting room, i got my phone shaked.

“Yaampun..lupa butet. Ada cokelat dalem tas laptop. Awas lumer..”
Silent-man, 06.25 p.m

And i just replied “zzzzzzzz -__-“because i was in a rush.

I checked my laptop-case and fine, here it goes..a white plastic with a bar of chocolate and letter inside.
Did not want to waste time, i read the letter quickly. I did not give shit to people who watch me, what i’m doing. 
the short letter
the chocolate

heart that closing
my laptop case
my e-ticket

Gee, silent man always crack my smile while reading his letter. Surprisingly, the simple letter was about his congratulatory of our 10th anniversary tomorrow, on 21st August. 
OMG i terribly forget that moment! Thank you for remembering me silent man. I do really love the little surprise.
As the closing, he congratulated my flight back to hometown since it was the most waited moment every Ramadhan. Thankyou, inspite this word is not enough to express these butterflies in my stomach >,<

Arrived in Medan, i do being a sleepyhead. And forgot the 21st as well. A short message woke me up and remembering me..

“Apa kabar, butet? Cokelatnya udah dimakan blom? Enak gak, soalnya udah lama gak beli yg merk itu..hehe”
Silent man, 09.xx p.m

Well, i messed up our day (anymore). Fixed that, i sent a short message.

“Blom, baru bangun. Tp ud dtaro kulkas kok. Lupa, semalem mau sms ketiduran. Selamat tgl 21 ke 10 ya..longlast! aamiin”

Fool. Bad words. Argh too late to regret, the message had sent. But as usual, silent man always calm my heart down by his words. Lucky me. 


Last, selamat sepuluh ya. Kembali, semoga angka bukanlah esensi, melainkan pencatat. Selalu saling mengerti, aku harap.

ILU.
Share:

Aug 8, 2011

Terimakasih, Bunda.

Seperti biasa, menjelang senja bunda selalu menghubungiku. Entah itu sekedar menanyakan sedang apa dan dimana melalui pesan singkat ataupun lewat telepon langsung. Kebiasaan bunda ini tidak hanya bermula sejak merantaunya diriku ke Jakarta. Sejak aku beranjak besar di Medan, kota kelahiranku, bunda selalu seperti itu. Tak heran, bunda berlaku seperti itu karena dibiasakan oleh ayahku, sang pemimpin rumah tangga bunda. Meski terkadang kesal, terkadang aku merasa "kehilangan" jika bunda tidak melakukan "kebiasaan" beliau.

Siang ini bunda menghubungiku via telepon genggamnya yang merupakan hadiah dariku beberapa tahun silam. Begitulah bunda, selalu saja menjaga barang2 yang diberi oleh anaknya, meski barang tersebut sudah "jadul". Tidak seperti anaknya, bunda tidak terlalu ambil pusing dengan kemajuan teknologi. Menurut beliau, jika kemampuan suatu barang masih berfungsi normal, mengapa harus diganti? "Tren/lifestyle tidak pernah berhenti, nak..untuk apa mengikuti arus?". Begitulah sederhananya bunda. Meski aku sering beradu argumen dengan beliau, tetapi beliau adalah wanita yang menempati urutan teratas dalam prioritas hidupku. Selalu, tangga prioritas hidupku tak pernah kususun ulang. Bunda selalu berada di atas, peringkatnya tak pernah turun meski aku sering dongkol jika kalah berargumen dengan beliau. pembicaraan di telepon siang ini tidak jauh berbeda. Bunda menanyakan kabarku dan adikku yg sedang berada di jakarta. Tak lupa bunda juga bercerita tentang apa yg telah dilalui beliau beberapa hari kemarin, karena sudah beberapa hari ini kami tidak saling menghubungi. Bunda sibuk dengan acara pengajiannya. aku juga sedang tidak mempunyai kredit dalam kartu CDMA ku.

Selalu, di pertengahan cerita, bunda selalu menyelipkan nasehat2. Apalagi ini bulan suci Ramadhan. Beliau tak luput menyuruhku untuk rajin beribadah. Yah, selalu saja aku hanya menjawab 3 huruf. "Iya". Walau dalam prakteknya masih saja kurang (maaf bunda T.T). Di tengah2 pembicaraan, mendadak bunda bertanya, "Kak, kamu minum suplemen apa selama bulan Ramadhan?biar tahan puasanya.." Aku yang tengah males-malesan di kasur spontan menjawab, "cinta aja cukup, bun..". Aku tak berfikir panjang dengan reaksi bunda, sementara adikku yang berada di sebelahku tertawa terpingkal-pingkal. Menyadari ucapanku yg spontan (telat), aku turut tertawa cengengesan. Bunda kontan menimpali, "Ah kamu ini..cinta melulu yang difikirkan. Awas kebablasan..sakit loh kalau terbang terlalu tinggi..". *Jleb!* Singkat padat tepat. sejenak aku bingung hendak berkata apa, meski perkataanku tadi murni hanya spontanitas saja. Tak pernah bermaksud untuk serius. Ah, kebiasaan berbicara ngasal ini perlu diubah secepatnya aku rasa. 

 Aku tahu bunda tidak terlalu suka anaknya "ngomong" cinta sebelum selesai menuntut ilmu. Walaupun begitu, sejak aku remaja, bunda tak pernah melarangku dekat dengan siapa saja. Termasuk lawan jenis. Aku selalu terbuka dengan bunda, meski bunda hanya senyam-senyum acapkali mendengarku bercerita tentang teman lawan jenisku. "Bunda selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak bunda..kalau yang tidak baik ya akan dijauhkan Allah..jangan terlalu dalam dalam berperasaan ya nak..," itulah kata-kata yang paling sering bunda ucapkan ketika aku mulai kelihatan terlalu mengagungkan "cinta".

Akhirnya dengan tertawa kecil aku mencoba menjelaskan kepada bunda, "Bukan bun, bukan cinta yg itu. Bisa aja kan cinta sama Allah, Rasulullah, keluarga, temen..hehehe". Aku tau bunda di seberang pulau sana mesem-mesem dengar kata-kataku. Mungkin bunda tak ingin aku malu terlalu lama, maka bunda mengganti topik pembicaraan. Kali ini tentang Aira, keponakanku satu-satunya yang ngegemesin. Meski pembicaraan telah berganti topik, otakku masih melayang-layang memikirkan perkataan spontan-ku tadi, serta peringatan bunda. Semua campur aduk di kepala, menunggu jalan keluar. Karena sangat menghargai bunda, aku coba terus mengikuti alur pembicaraan beliau. Hingga tiba saatnya ia ingin berbicara dengan adikku,telepon genggam kuangsurkan ke genggaman si gendut (panggilanku kepada adik-red). 

 Mulailah aku berfikir tentang percakapanku barusan dengan bunda. Sendiri di kamar, dengan tatapan menerawang ke langit-langit kamar. Aku mencoba menelusuri arti perkataan bunda tadi. "Apa benar yang aku fikirkan hanya seputar cinta? Belakangan ini sepertinya iya..". Entah itu pada siapa, aku tak tahu. Yang terasa hanyalah merasa terlalu berlebihan menyikapi suatu peristiwa belakangan ini. Apalagi, terkait masalah hati.
Bunda mengingatkanku, memukulkan palu godam tepat di otak belakangku. Seketika membuatku tersadar, bahwa cinta bukanlah satu-satunya yang harus dijadikan "asupan" kebahagiaan di dunia. Bahwa cinta tidak perlu dibawa terlalu dalam. Bahwa semua yang datang pasti akan hilang. 

Kebahagiaan bukan hanya seputar masalah cinta. Kebahagiaan itu dicipta, bukan hadir sendiri. Jangan menjadikannya sandaran, meski kita tak mungkin bisa hidup tanpa kehadirannya.
 
Pelajaran : Jangan menganggap cinta sebagai kuasa. bersikaplah biasa, berperasaanlah dengan sederhana. karena ketika itu tak lagi ada, kau masih punya yang luar biasa :)

*catatankasar, Rawamangun 08 Agustus 2011

Love,



Share:

Aug 7, 2011

Cerita hari ini.

01.45 p.m
Aku benar-benar bangun ketika waktu menunjukkan pukul seperti yang ku tulis diatas. Disgusting bagi seorang gadis perawan, mungkin. tetapi insomnia akut yang sejak awal Ramadhan menggelayut di pelupuk mata membalaskan dendamnya pada malam tadi.
Bukan segar yang didapat, aku malah terbangun seperti seorang renta. Batuk tanpa dahak yang sangat menyiksa tenggorokan, muka lecek, rambuk acak-acakan. Belum lagi pakaian lengkap yang masih kukenakan sejak bepergian sampai larut malam tadi.
Sebenarnya hari ini ingin kuawali dengan "menyibukkan" diri dengan kasur. Leha-leha, istilahnya. Apalagi batuk yang sangat menyiksa ini membuatku berfikir ulang untuk keluar, berinteraksi dengan orang. Yang ada mungkin aku hanya akan menambah dosa, menyebar penyakit (lebay).
Tetapi memang pada dasarnya kaki ini pecicilan, sehabis shalat zuhur aku pun mulai berfikir untuk menuntaskan nafsu-ku belanja buku di Gramedia. Apalagi aku sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja (hati, kali ini). Aku berfikir lebih baik tidak berada di kamar daripada aku mati dalam beku dan diam.
Mulailah aku mempersiapkan amunisi. Merupakan suatu keberuntungan tidur dengan pakaian lengkap. Aku hanya perlu mencuci muka dan sikat gigi (sudah biasa tanpa mandi-red). Setelah persiapan selesai, maka kakiku pun mulai melangkah ke shelter Transjakarta terdekat.
Sesampainya di dalam bus, aku mulai melakukan kebiasaan setiap naik kendaraan umum : menyumpal telinga dengan senapan lagu-lagu dalam Kube kuning kesayanganku. Parah (goblok, mungkin) nya, Kube kuning yang baru saja dicharger kemarin melalui PC-ku ternyata MATI TOTAL. Kesalahan : AKU MENCHARGER-NYA DALAM KONDISI HIDUP = USELESS = BEGO. Yah, mungkin karena puasa..wajar bila seseorang tidak fokus pada saat Ramadhan.. (semoga aku tidak dikutuk Tuhan karena mengkambinghitamkan bulan puasa T.T). Untung masih ada handphone ku yang baterai-nya pun sudah dalam tahap "warning".
Akhir cerita di bus, sampailah aku di Gramedia Matraman. tujuannya sih ingin membeli buku Dan Hujan Pun Berhenti-nya Farida Susanti. Buku pertamanya berjudul Karena Kita Tidak Kenal sukses membuatku kecanduan seperti pemakai obat-obatan terlarang. Farida Susanty adalah penulis muda (lahir tahun 1988) tetapi telah mendapatkan Literary Award tahun 2007 sebagai Penulis Muda Berbakat. Menurut pendapatku sendiri, tulisannya tidak seperti tulisan dalam novel teenlit zaman sekarang yang selalu mengobral cinta hingga kata itu terdengar murah (an). Ia mencoba keluar dari mainstream, menggali lebih dalam apa yang ada di lubuk hati manusia, yang tak terjamah, tetapi juga sebenarnya tidak tabu untuk diobral. Tentang pencarian arti Tuhan, misalnya (one of my fave "object-of-research" :p). Kalau sempat, mungkin kalian yang membaca ceritaku kali ini bisa mencari karyanya di toko-toko buku terdekat :)
Selagi mencari-cari letak bukunya, aku melihat-lihat koleksi buku terbaru. Belum ada yang menarik, meski lain kali aku akan coba membeli karya Tere-Liye terbaru, yang sudah menjamur tetapi belum sempat aku baca. Seingatku, karya terakhir penulis yang dari nama penanya tersebut aku duga seorang wanita (padahal pria,ups! maaf kang :D ) yang aku baca adalah Semoga Bunda Disayang Allah. Buku yang sukses (selalu) mengucurkan dua aliran air asin secara deras dari mataku.
Sebelum buku Dan Hujan Pun Berhenti aku dapatkan, aku tertarik melihat buku yang berjudul Cemburu Itu Peluru. Entah karena aku sedang merasa seperti judul buku itu, atau...entahlah (galau not detected). Ternyata buku itu adalah kumpulan short stories dari kata2 yang ada dalam @fiksimini, sebuah akun penulisan puisi/cerita pendek (140 karakter) di Twitter. It is also one of my fave following account :)
Here is the book..


TERTARIK! Apalagi bonusnya adalah free CD berisi 9 film pendek. What a nice offer! Buku langsung masuk dalam genggaman. Aku sempat membaca buku Pocongg juga Pocongg-nya @pocongg, sebuah akun "gokil" di Twitter juga. Selain itu, buku yang paling lama aku baca adalah buku karya Indra Herlambang (curahan hati seorang galau-kalau tidak salah), bercover kuning nyentrik dengan cover full-body-nya Indra sendiri. Nice, menceritakan buah fikirannya tentang kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan kita. Membuatku ingin terus menulis dan kritis seperti dia.
Tiba-tiba..udara dingin yang menusuk dari pendingin ruangan membuatku...... INGIN MAKAN RAMEN SUPER PEDAS! Astaghfirullah..aku tau ini sangat melenceng dari topik. Tetapi aku langsung mengajak seorang teman untuk berbuka puasa bersama di resto ramen terdekat. Voila! teman menyanggupi dan akhirnya...AKU LUPA BELI BUKUNYA Farida Susanty! Yaoloh mi ramen..mengapa engkau tega..sampe lupa gini. Entah kebodohan keberapa hari ini -_____-"
Aku sempat membeli minuman botolan di depan Gramedia, antisipasi kalau ternyata aku masih di jalan ketika adzan Magrib berkumandang. Selagi membeli, aku juga bertanya kepada bapak2 penjual tetang akses kendaraan yang bisa aku tempuh ke resto ramen terdekat TANPA harus dengan Transjakarta. Menunggunya itu loh..bisa lepas engsel kakiku. Beruntung, alhamdulillah, resto ramennya masih bisa ditempuh dengan angkot. Sempat terlintas fikiran bahwa si bapak dulu narik kali ya? Becanda. peace, rocks pak \m/
Di angkot, suasana menjelang senja seperi ini selalu menjadi favoritku. Memandangi riuhnya orang2 kembali ke rumah sehabis bekerja ditambah ramainya orang yang mengantri membeli panganan untuk berbuka puasa menjadikan harmoni sendiri dalam mata. Apalagi suasana di dalam tidak ramai, hanya aku dan 2 orang lain. Tetapi ketentraman sedikit terganggu sodara-sodara. Ketika menunggu penumpang lain, supir angkotku dibentak dan dimarahi oleh supir angkot bernomor sama yang sedang ngetem di sebelahnya. Bukan salah sopir angkotku, ia tidak ingin ngetem sebenarnya. Hanya saja ada metromini yang sedang berhenti di depannya, sehingga ia stuck. Perlahan sopir angkotku menanggapinya dengan bercanda dan tertawa. Aku kagum, masih ada sopir angkot yang dengan nrimo dibentak-bentak, apalagi masalah sepele. Sepanjang perjalanan hidupku hingga detik itu, sopir angkot selalu identik dengan kata "galak" dan "seram". Toh yang naik selama angkotnya stuck hanya 2 orang. apalah arti 2000x2 = 4000. Mungkin sangat berarti bagi sopir angkot seperti mereka. Apalagi bulan puasa selalu beriringan dengan kenaikan harga apa saja. Entah apa maksud dan tujuannya.
Tetapi aku masih kagum dengan ketenangan sopir angkot yang sedang ku naiki. Legowo, orang jawa menyebutnya. ia sudah bisa mengendalikan diri, amarahnya, apalagi ini bulan puasa. Sangat beda sepertiku. sedang ada masalah sedikit seperti sekarang ini saja sudah kabur, bukannya dihadapi. *shy*
Setelah kejadian tersebut, si sopir angkot masih saja terus tersenyum sepanjang jalan, pembawaan mungkin. Ia bahkan lebih memilih untuk memutar musik melalui pemutar kaset tua dalam angkotnya. Sembari mencari-cari botol minuman (untuk berbuka-red), ia pun sibuk memilih kaset. Mengalirlah lagu yang aku sendiri tidak tau milik siapa -____-"

taken candidly
Ini cerita lain lagi. jadi, sejak awal aku masuk dalam angkot, ada bapak2 yang sudah tua (menurutku), senyum padaku. Aku membalasnya dengan senyuman, sembari memperhatikan seragamnya. 

see the uniform used by the man? ;)
Mungkin dinas kebersihan jalanan atau taman, fikirku (iya gak sih? aaaa -__-" takut salah). Yang pasti pekerjaannya capek, menurutku. Memang ada pekerjaan yang tidak capek? NONE, actually. Tetapi maksudku pekerjaannya pasti terasa lebih berat di bulan puasa begini. Berbeda dengan pekerja kantoran yang berada dalam ruangan ber-AC. 
Entah ia sedang berada dalam perjalanan pergi atau pulang dari pekerjaannya, aku tak ingin jauh bertanya. Aku takut tersasar, karena belum pernah naik angkot ke resto ramen tempatku biasa. Aku hanya memperhatikan, karena keliahatannya muka bapak ini begitu teduh. Pembawaannya pun tidak jauh berbeda dari sopir angkot yang selalu diajak bercakap-cakap ringan olehnya.
Mengingat usianya yang menurutku cukup tua untuk jadi seorang pekerja lapangan,aku iba. Berfikir "betapa berat pekerjaannya. Beda dengan ayahku. Tapi yang aku lakukan hanya foya2 selama bulan puasa ini. Sedangkan bapak di depanku ini mungkin hidupnya tidak segampang aku yang masih dipenuhi segala kebutuhannya oleh ayah..". Aku mulai galau, tetapi bukan hati kali ini. Sikap. kebiasaan hedon. Ya Allah ini susah sekali dihilangkan..ampuni saya T.T lain kali janji akan tidak terpengaruh setan-setan genit. *eh?
Aku juga belajar bagaimana cara menghadapi masalah. Setidaknya, aku tidak main kabur seperti ini (seperti biasa-red), tidak membuat khawatir orang lain. Masih banyak yang harus aku kejar, aku perjuangkan, aku fikirkan. bukan hanya masalah menye-menye atau unyu-unyu. Masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku, punya masalah lebih berat dari aku. Tetapi mereka masih hidup, bahkan lebih kuat dari aku. Ya, aku belajar banyak dari perjalanan (setengah) sendiri hari ini. That's why i always love being a single-traveler :)

Dear pelajaran hari ini, aku menyebutmu, terima kasih :) 
Love,
Share:

Aug 4, 2011

Catatan Senja Kalibata



Kesalahan permanen pria ada di bahasa mereka. entah itu bahasa lisan ataupun bahasa tubuh. wanita,yg telinga serta matanya rentan akan stimulus2 yang berbeda,seringkali terjebak dalam situasi salah. akhirnya malah jadi bete sendiri,marah,kesal,dan ujung2nya...galau. kesalahan ada pada keduanya. pria yang dikategorikan sebagai makhluk mars (saking anehnya-red) seringkali menganggap sepele semuanya,termasuk urusan perasaan. sementara wanita,yang diumpamakan sebagai venus saking lembutnya,melihat semuanya dari perspektif perasaan. logikanya disingkirkan,ditrendang jauh2 ke bulan. pria yang merasa bahwa bahasanya adalah bahasa yang biasa saja,bahasa yang "mungkin" ia pakai ke seluruh orang yang ia kenal,akan merasa biasa saja setelah ber-bahasa dgn makhluk lemah telinga dan mata bernama wanita. bisa saja ia melupakannya,karena ia lebih menjunjung tinggi rasio,bukan perasaan. sementara wanita sudah kejang2 dibuat bahasanya. merasa diberikan angin surga,walaupun ternyata angin itu membawanya ke neraka. Beruntungnya,banyak wanita "setengah pintar" yang menghalau angin surga-nya,hingga ia tak terlena. tetapi kebanyakan kasus,tak sedikit pula wanita yang "rela" dibuai angin surga itu. permasalahannya timbul ketika wanita merasa ditipu,disakitin,digantungin,perlahan-lahan dimatikan. tidak menyalahkan bukan berarti membenarkan. pelajaran yg perlu diambil utk pria adalah bahwa dia harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa. jgn asal anggap sepele. wanita juga harus lebih merasionalkan semuanya,menggunakan logika. mau?

*random
Rabu,03 Agustus 2011.
06.00 p.m
Love,



Share:

Aug 3, 2011

An old memories became a learning story

Taken @ Pelabuhan Ratu, Jawa Barat,29 Juli 2011
Jika hidup adalah pertanyaan, maka teruslah mencari jawaban..

-Moodswinger-


                Kepada sang pembolak-balik hati, izinkan aku menitipkan goresan tangan siang hari. Hidup mungkin sering menyakiti, memberi celah untuk mencaci. Tetapi sepertinya tak ada satupun yang tak bisa aku lewati.

                Pernah ada saat dalam hidup ketika seseorang merasa bahwa hidup ini tidak layak diteruskan. Mengutuk hari, selalu saja ia lakoni. Perjalanan panjang yang telah ia tempuh sedemikian angka, menjadi pudar warnanya. Sama saja, aku pernah merasakannya. Kehilangan, kesedihan, kemerosotan nilai kepercayaan terhadap seseorang pernah memudar, bahkan hilang.

                Pada mulanya aku menyangka bahwa selamanya aku kan berada dalam lingkaran busuk itu. Aku akan selalu mengutuk hari,mencaci-maki yang datang dan pergi. Semua terlihat monoton, homogen. Tak ada laku yang menarik untuk kuusik. Hidup rasanya hanya sekedar berjalan, menunggu bumi be-rotasi hingga esok pagi kan kutemui kembali.

                Mengingatnya bagaikan mengusik bagian terdalam kenangan, yang wajar bila menimbulkan rasa pahit. Tetapi aku lebih memilih untuk tidak me-RASA-kannya, melainkan me-LOGIKA-kan-nya. Semua cukup ditanggapi dengan tertawa, mengingat kebodohan yang pernah ada.

                Matahari tidak pernah terbit atau terbenam, melainkan bumi-lah yang berotasi. Seperti itu juga hidup yang kita jalani. Hidup mungkin tidak pernah berputar, melainkan kita-lah yang bergerak. Moving On, dengan meninggalkan segala ketakutan dan kecemasan di belakang. Memilih langkah sendiri ke depan. Pilihan, itulah yang paling menentukan. Memilih untuk bergerak seperti bumi, atau diam di tempat seperti matahari? it's all yours :)


Hugs,

Share: