May 19, 2016

Setia itu Pilihan.



(pic credit : pinterest @meenpug)


Mengingat akhir-akhir ini banyak sekali orang baru di kehidupan gue, lingkungan baru, gaya hidup baru, maka muncul juga satu pertanyaan baru di benak gue, tentang sebuah kata: Loyalitas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loyalitas artinya adalah kepatuhan, kesetiaan. Menurut gue sendiri, loyalitas itu erat kaitannya dengan prinsip hidup.

Begini.. belakangan ini gue banyak banget ketemu orang dengan berbagai latar belakang, umumnya jauh lebih tua daripada gue. They are married. Gue mungkin salah satu orang paling muda diantara orang2 baru ini. Gue banyak belajar tentang etos kerja, teknik, skill, sampai bagaimana cara memenangkan hati klien.

Namun, entah kenapa hal-hal baru yang datang selalu sepaket: baik dan buruknya. Buruknya, gue malah jadi mempertanyakan hal yang gue sebutkan di atas: Loyalitas

Seberapa besar sih loyalitas yang lo punya dan memegang peranan dalam hidup lo?

Seberapa besar arti kesetiaan yang lo harapkan dari orang-orang sekitar lo?

Misal, seorang pekerja yang loyal akan bertahan terus di perusahaannya meskipun gajinya minim, namun mungkin atasannya memberikan kenyamanan bekerja untuknya.

Seorang guru yang setia mengajar dan memberikan pengetahuan terbaik kepada anak didiknya meskipun tanpa tanda jasa untuknya.

Seorang istri/suami yang setia kepada pasangannya meskipun harus makan sepiring berdua… halah. :D

Soal kesetiaan juga yang akhir2 ini sering jadi beban fikiran sendiri jauh di dalam benak gue. Orang-orang baru yang gue temuin ini serupa, tapi tak sama. Punya istri, tapi main gila dengan rekan sejawat. Punya anak, tapi hobinya kobam.

Apa pernikahan itu cuma jadi sebuah legalitas? Ada yang nyeletuk “ah nanti lo juga ngerasain sendiri… bosen sama istri/suami lo.. refreshing dikit gakpapa lah..”
Masya Allah. Amit2 (ketok pala).

Kalo masalah bosen, gue juga belom ngejalanin pernikahan jadi ga tau. Tapi selama prinsip loyalitas masih lo pegang, ditambah janji Akad, gue rasa sih kalo lo masih ga setia setelah jadi suami/istri, ada yang salah dalam otak lo.

Setia itu pilihan sih, bukan kesempatan.

Jadi manusia yang udah dikasih akal pasti bisa milih, mau setia atau engga. Bukan tergantung kesempatan yang datang.

Gue jadi was-was sendiri, apa bener kehidupan setelah pernikahan jadi se-serem ini? Lo ngerasain bosen, udah ga ada lagi “sparks” kaya lo pacaran karena semua benteng2 sudah dirubuhkan atas dasar pernikahan.

Gimana dengan anak? Itu kan harta, titipan Allah buat lo di dunia. Kalo lo aja gak setia sama pasangan, lo gak malu dengan anak lo? Yang meskipun gak tau apa2, tapi lo gak pantes jadi contoh yang baik buat dia. Lo gak amanah, gak bisa menjaga titipan Allah dengan baik.

Maap2 jadi kebawa emosi.. abisnya masih gak habis fikir aja. Loyalitas itu sekarang ada dimana?
Yang punya suami/istri aja bisa selingkuh.. apa kabar dengan yang masih pacaran? Apa kabar dengan yang namanya kesucian perasaan yang Tuhan berikan cuma-cuma?

Di dunia ini apalagi sih yang gak bisa dibeli dengan uang? Selain keluarga, sahabat, cinta dan kesetiaan?

Titip do’a ya, Tuhan. Jauhkan hamba dari segala bentuk ke-tidak-loyal-an sebagai manusia dengan akal sehat dan perasaan yang tanpa cacat.

Cilandak, 19 Mei 2016
18.11




Share:

0 comments:

Post a Comment