Pagi di awal februari. Dingin, seperti udara jakarta akhir-akhir ini, yang membuatku seperti tak ingin lepas dari selimut doraemon kesayanganku. Namun rutinitas yang harus dijalani memaksa mata untuk terbuka, menyiksa kulit untuk menerima siraman dinginnya air, meski hanya untuk berwudhu.
Pukul 5 lebih 30 menit aku sudah siap berangkat menuju ke sekolah tempatku akan melaksanankan kewajiban sebagai mahasiswa tingkat akhir. PPL (Program Pengalaman Lapangan), namanya. Tapi huruf P kedua biasa diganti menjadi Penyiksaan, oleh teman-teman sebasib denganku (senasib = mahasiswa/i dengan gelar S.Pd - red). Hahaha, ironis namun selalu menyisakan kenangan manis. Ya semoga saja itu terjadi denganku nanti. Amin ya Rabb.
Awalnya aku sangat bersemangat mengikuti PPL ini. Membanyangkan bertemu murid-murid ABG yang meski tengil namun sebenarnya lucu, guru-guru tempat bertukar fikiran, dan orang-orang baru lainnya. Apalagi Tuhan sepertinya sedang baik, semua urusan PPL lancar. Aku pun mendapatka Dosen Pembimbing dan Guru Pamong yang alhamdulillah baik sekali. Guru pamong pun menawarkanku bantuan jika aku membutuhkan sampel untuk penelitian skripsiku. Beribu syukur ku haturkan kepada Illahi (lagi).
Namun yaaa.....namanya hidup indah, pasti gak boleh lurus-lurus saja :p . Ada pergantian guru pamong, dikarenakan guru pamong ku belum disertifikasi. Oh hell, how can a piece of paper (re : cerfificate) reflects your ability? Masih saja terjebak birokrasi murahan. Cih! Akhirnya hari ini aku habiskan dengan mengurus ulang jadwal yang telah disusun sebelumnya. Untungnya aku jadi berdua dengan sahabatku, Rini. Jadi mungkin bisa merasakan penderitaan dan kebahagiaan bersama. :p
Terkadang aku suka merasa letih dengan unfinished (yet) routines ini.
Flashback.
Perjuangan untuk menghabiskan mata kuliah itu benar-benar sangat menguras tenaga, fikiran dan emosi. Mulai dari memohon melalui jalur birokrasi jurusan untuk bersedia membuka mata kuliah, membuka dan mengkoordinir oprec untuk mahasiswa, melobi kadwal dengan dosen, hingga menyusun jadwal kuliah yang hampir bentrok.
Perjuangan untuk menghabiskan mata kuliah itu benar-benar sangat menguras tenaga, fikiran dan emosi. Mulai dari memohon melalui jalur birokrasi jurusan untuk bersedia membuka mata kuliah, membuka dan mengkoordinir oprec untuk mahasiswa, melobi kadwal dengan dosen, hingga menyusun jadwal kuliah yang hampir bentrok.
Tuhan! Demi apapun, semester lalu itu sangat menguras fisik! Hanya berdua dengan Rini aku mengurus semuanya. Bukan tanpa alasan, aku dan dia hanya ingin menghabiskan sisa mata kuliah sehingga semester berikutnya hanya akan PPL dan Skripsi. Mahasiswa yang seharusnya juga ikut mebantu kelancaran program aku dan rini hanya cuek dan menerima hasil. Cih, sangat pragmatis sekali. Bahkan bisa dibkatakan oportunis. Tapi aku dan rini hanya saling menguatkan. Aku berkata bahwa ini urusan individu. Jika kami ingin lulus tepat waktu, maka jangan fikirkan yang lain. Jika semua mata kuliah ini berhasil dibuka, maka kami juga yang akan bersyukur karena bisa meng-efisiensi-kan masa studi.
![]() |
| Me with Rini,celebrating her 21st birthday at Warung Pasta, Rawamangun |
Akhirnya doa orang-orang baik terkabul juga (hehe). Semua mata kuliah yang kita minta dibuka. Nilai plusnya, karena aku dan Rini sudah sering berkeliaran di jurusan, maka para stake holders itu telah akrab dengan kita. Salah satu keuntungannya adalah aku bisa memilih dosen untuk salah satu mata kuliah yang aku ulang. FYI, dosen yg ditetapkan seharusnya itu adalah MASS KILLER, pembunuh karakter massal mahasiswa di jurusanku. Nilai sekelas hampir 50% E di semster kemarin! Haha namun aku dan Rini (serta beberapa teman kelasku) terbebas dari si MASS KILLER. Horray! Nilai bagus sudah di depan mata :)
Benar saja, akhir semester ini alhamdulillah hasil yang aku dapat bagus semua. Namun itu bukan tanpa proses yang tidak kalah beratnya dari proses pembukaan mata kuliah yang aku ceritakan di atas. Penyusunan jadwal kuliah yang hampir berbenturan, tugas-tugas yang segudang, bahkan ujian akhir ku pun bentrok hingga harus ikut ulangan susulan. Belum lagi masalah dengan dosen yang “sakit”. Jarang masuk kelas namun di hari sebelum UAS dia seenaknya memvonis hampir setengah kelas tidak akan lulus mata kuliahnya dikarenakan melebihi batas kuota absen. Sakit jiwa! Dia saja tidak pernah masuk, buat apa kita masuk kuliah? Namun ternyata absen tetap berjalan bagi dirinya.
Sekuat tenaga aku memohon untuk diperbolehkan ikut UAS, karena aku tidak pernah mangkir dari 1 tugas pun. Absen ku pun masih di bawah kuota, itu juga karena beberapa kali aku terpaksa bolos untuk mengikuti pentas angklung (bolos demi hobi itu indah, percayalah! :D) di beberapa tempat. Aku memohon di depan kelas dan.......menangis. Tapi ini bukan menangis sedih, melainkan tangisan menuntut hak atas kewajiban yang telah aku jalankan. Rasanya sakiiiiiiiiiiiiiiiittt banget ya jika kita tidak mendapatkan hak padahalkewajiban sudah dilaksanankan dengan baik. Aku jadi tahu perasaan buruh-buruh pabrik yang sering demo menuntut hak. Semoga Tuhan bersama mereka semua.
Tangisan di depan kelas tak menyurutkan niatnya untuk memperbolehkanku ikut UAS. Aku berjanji akan memberinya surat izin main angklung karena memang belum sempat aku berikan (hell-o, beliau saja jarang masuk kelas, bagaimana bisa bertemu?). Dia hanya berkata silahkan tunjukkan buktinya. Jadilah seharian itu aku kocar-kacir ke sanggar angklung. Hari itu juga aku menunggui dia di depan kantornya, memohon hingga ke dalam mobil beliau. Alhamdulillah akhirnya beliau luluh juga dan aku boleh mengikuti UAS. Nilai akhir ku pun cukup bagus. Thanks, bold man!
Flashback finished.
Aku berharap yang di atas adalah penderitaan terakhir. Namun seperti yang aku ceritakan di atas, meski urusan PPL dan Skripsi berjalan cukup lancar di awal, belakangan ini mulai muncul sedikit masalah. Masih bisa diatasi.
Tapi ternyata...keadaan fisik yang melemah. Entah karena cuaca (aku tidak terlalu tahan dengan udara dingin dan tubuhku anti pada air hujan, though i love dancing in the rain :D) atau memang pola makan yang akhir-akhir ini berantakan.
Hari ini aku kehujanan lagi. Yang kedua kali di awal minggu ini. Kali ini parah, aku kuyup total. Begitu sampai di kamar aku pun langsung tepar. Aku ingat ada janji untuk bertemu pembimbing akademik bersama teman-teman sekelas untuk konsultasi KRS. Merasa fisik tidak cukup kuat untuk berjalan ke kampus, i’m texting the chairman. Here are our phone chat :
Me : Jan, boleh ga kalo gue ga ikut konsultasi? Gue lagi sakit soalnya..
Ojan : Ya Allah lo sakit apa tika? Iya gpp kok, bisa ntar2 aja konsulnya mah.
And i just replied his message tonight,
Me : Sakit biasa jan...ga ada yang ngurusin hahaha
Ojan : Semangat tika! :D iya ya lumayan jauh Karamat Jati tempat PPL lo, tadi si Rini cerita hehe
Me : Hwaa iya jan jauh, lo juga semangat ya!
And his last message was succesfully gain my spirit and also, drop my tears. :")
Here it is. As simple as you read, but has GIANT effects.
Ojan : Inget ya, lo orang yang paling gue tunggu kabar lulus PPL dan Skripsinya tika... gue tau perjuangan lo sama rini kaya gimana sampe sekarang udah bisa PPL, itu jadi inspirasi gue banget tika. Yang laen mah datar-datar aja ga kaya kita haha :D
I’m glued to his lovely text message.
Damn, mengapa semangatku bisa ilang jika teman baik ku saja terinspirasi dari kegiatan ku? Subhanallah... aku jadi malu. Dan terharu. Aku langsung forward sms tadi ke Rini, dan dia juga ingin menangis membacanya :)
Lesson learnt today :
(Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tapi penuh rahasia) – Filosofi Kopi, Dewi “dee” Lestari
Hidup itu adalah menikmati hasil, meski itu bahagia atau perih. Namun yang paling penting dari semuanya adalah sikap di dalam proses untuk menikamati hasil tersebut. Bersemangatlah selalu, rasakan hangatnya matahari pagi dan sejuknya semilir angin malam hari. Jangan lupa berterimakasih kepada orang-orang tersayang :)
Terima kasih, Reza Fauzan Rahman, salah satu teman baik ku di kelas. Semoga semangat mu juga tak pernah padam untuk terus mengejar mimpi dan tujuan hidupmu. Terimakasih, Rini Anggrina, yang sudah sabar menghadapi mood ku dan berusaha bersama. Termakasih, teman-teman sekelas yang selalu saling mendukung tanpa henti. Ingat kata-kata gue waktu kita jalan-jalan kelas di ragunan yah!
“Kita semua boleh gak PPL bareng, tapi kita semua harus wisuda bareng-bareng!”
| L to the R : Mindarto-Donni-Ojan-Bocil-Gue-Nova-Ragil. Location : The top of Mt.Gede, Sukabumi. |
![]() |
| 08 DIK A Regular Class of English Department UNJ. Location : Ragunan. |
Sayang kalian semua, teman-teman terhebat.



MONYET!!! Tulisan lo pagi2 bikin gw mewek tikaaa... antara rasa kagum dan malu sama diri sendiri. Si manja ini blm belajar apa2 tika, selama ini cm terima apa yg udah tersaji.
ReplyDeleteKemarinan si Chairman jg crt ke gw ttg perjuangan kalian (lo & rini) semester kmrn, gw aja sampe deg2an dengernya kalian se-berani & se-optimis itu!
Semangat PPLnya!!! Kalo butuh bantuan apa2 bilang ke gw, RPP PPL gw kemarin udh gw emailin semua ke rini ya. Jd "tempat sampah" pun gw terima banget.
Love you! :*
-bocil-
haaaaaaa tulisan ini buru-buru gue buat, demi mengenang masa-masa sulit gue yang mungkin bisa jadi pelajaran buat gue, buat kalian semua teman-teman terbaik gue :)
ReplyDeletesemoga kisah ini juga bisa jadi pengingat ya abadi kalo kita semakin jarang bertemu yah :-*
i love you too!