Jul 1, 2015

It's Over (?)

Perjuanganku selesai. Hampir 5thn kita merajut asa, 7th kau berusaha menyelesaikan yg tertunda. Kemarin, masih di akhir bulan Juni, satu babak selesai dalam hidupmu. Begitu tenang, lega, bahagia dan bersiap jadi satu.

Kau tahu? Bahwa kemarin tiap detik aku menunggu kelulusanmu. Bukan untuk egoisku, tapi masa depan yg akan kau tempuh selanjutnya, juga tanggung jawabmu kepada orang tua.

Kau tahu? Sudah sejak berminggu2 lalu aku ingin mendampingimu saat sidang berlangsung, membawakanmu sesuatu untuk menyemangati. Namun kau sendiri tahu betapa padat jadwal kerjaku. Aku hanya berjanji akan menemuimu selepas kerja, itu juga aku masih harus bertemu teman2 dahulu untuk berbuka puasa.

Kau tahu? Disela2 padatnya deadline kerjaku kemarin aku masih sempat keluar kantor dan berpanas2 ria mencarikan sesuatu untukmu? Yang mungkin dari kemarin tidak sempat memejamkan mata demi kelulusan dalam dunia akademik. Aku tak peduli deadline dan telepon yg mengejar, yg aku tahu aku harus membuatmu merasa "sedikit" berbahagia dgn hari kemarin. Ya, sedikit saja. Aku tak berharap banyak :)

Kau tahu, seharian kemarin aku hanya memikirkan betapa bahagianya kamu jika sudah melewati fase ini. Betapa masa depanmu akan dimulai dgn hal yg bahagia. Betapa banyak org yg menunggu hari kemarin untukmu. Pun aku, yg di kantor lebih fokus membuat prakarya untukmu, daripada menyelesaikan kerjaannku. Haha, kamu harus tahu meja kerjaku kemarin seperti meja anak playgrup, bukan seperti pekerja kantoran. Tak apa, aku lebih bahagia, pun rekan2ku berkata aku tampak begitu bersemangat kemarin.

Kau tahu? Aku menunggu saat kita bertemu malam kemarin. Saat aku selesai bertemu teman2ku. Aku membayangkan menemanimu makan malam (ya, aku tahu kau pasti belum berbuka puasa dgn makanan yg berat) sekaligus memberikan hasil buah tanganku. Meskipun kita berdua terburu waktu, kita berdua sama2 lelah akan hal yg berbeda, tapi aku berharap malam singkat itu bisa membuatmu yakin kalau aku betul2 peduli dengan dirimu.

Kau tahu? Begitu kita bertemu aku melihat mukamu begitu lelah, apalagi harus menjemputku. Kenapa tidak bilang kalau kita sebaiknya bertemu tanpa kau harus menjemputku? Ah pasti kau tidak enak hati. Tapi kan kita sudah berjanji untuk saling mengerti? Pasti semuanya tidak jadi begini... :(

Sampai akhirnya ketika kau ku ajak berhenti untuk makan dan menolak, hingga berkali-kali, aku tahu ini akan berakhir tak baik. Aku menyerah, pasrah, karena kau merasa begitu lelah hingga tak kuasa untuk kita berdua makan walau hanya sebentar saya. Kecewa menyelusup ke rongga2 dada, memenuhi dan sesak setelahnya.

Kau tahu kan? Aku begitu cengeng. Airmataku pun sudah tak lagi tertahan, jalan pramuka menjadi saksi. Betapa hati ini kecewa, betapa malam kemarin tak memihak pada kita. Padaku. Aku merasa konyol.

Kau tahu? Aku hanya ingin secepatnya membenamkan wajah, membaringkan diri ke kasurku yg empuknya tidak seberapa. Aku kecewa, sebegitunya.

Kau tahu? Kau berbeda untukku malam itu. Aku paham mungkin kau sangat lelah. Tapi apa kau pernah paham aku sangat tidak suka dengan nada bicaramu untukku? Seolah aku tidak punya bagian apa2 di hatimu.

Sampai di depan gerbang kos ku, aku hanya ingin masuk dan menutup pintu daripada harus melihatmu menyaksikan air mataku. Kau memaki, menggerutu. Hingga satu kata "putus" keluar dari mulutmu. Meski berbatas pagar besi, tapi aku masih mendengar suara bernada emosimu. Aku terpaku, seolah besi menancap di dadaku. Ah, lebih baik aku segera berlalu agar tidak perlu lagi mendengar kata2 yang lebih menyakitkan darimu.

Kau tahu? Aku tidak menyesalkan kau berlaku dan berkata begitu. Bagiku, tak ada yg lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yg aku sayangi untuk selama2nya. Dan aku sudah pernah mengalami hal itu, ketika Almarhum Aira dipanggil Allah ke surga untuk menemani-Nya. Kau tahu, setelah itu, aku berusaha bangkit sampai detik ini, "move on", hingga aku merasa tidak ada hal lagi yang mampu buat aku bersedih setelah hal itu terjadi. Semua masalah di dunia ini menurutku bisa diselesaikan dan tak ada yg bisa membuatku sedih berlebihan.

Tapi kau tahu? Malam kemarin aku begitu sedih dan kecewa. Entah mengapa.

Hampir 5th kita bersama, kau mampu menemaniku hingga lulus kuliah dengan semangat darimu. Kemarin, aku telah melakukan hal yang sama untukmu. Sudahkah kau bahagia? Aku harap ya, walau sedikit :)

Mungkin kata2 putus darimu menjawab semuanya. Menjawab bahwa kita diperuntukkan bersama hingga saat masing2 dari kita selesai memberikan semangat untuk beranjak ke masa depan.

Perjuanganku selesai, dear you.

Rawamangun, 01 Juli 2015.
Di atas tempat tidur dengan bantal separuh basah karena air mata yang tak henti mengalir, refleksi hati yang terkilir.


 


Share: